Makalah Qodo' dan Qodar
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Tidak ada satu pun manusia di dunia
ini yang mengetahui qada dan qadar atas dirinya ataupun
peristiwa-peristiwa alam yang terjadi.
Sejatinya Tuhan telah mengatur segala sesuatu yang akan manusia peroleh
dan dapat mempelajarinya dalam ilmu
mengenai qada dan qodar. Kematian,
kelahiran, jodoh, musibah, pasang surut air laut, terbitnya matahari, gunung
meletus, semua bencana yang terjadi di
bumi dan tersusunnya alam semesta ini
adalah bukan sesuatu hal yang terjadi secara kebetulan. Melainkan telah
ditetapkan oleh Allah swt.
Seharusnya manusia memahami
warna-warni kehidupan ini tidak akan ada tanpa ketetapan Allah swt. Semuanya
adalah taqdir Allah yang harus diterima dengan ikhlas. Allah telah menuliskan taqdir manusia sejak
manusia itu dilahirkan ke bumi. Bagaimana kehidupannya kelak, dengan siapa ia
akan berjodoh, itu adalah kuasa Tuhan.
Selamanya seorang
hamba tidak akan mampu menghindar dari qada’ dan qadar Allah. Dari Ibnu Maud
r.a, ia berkata Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya kamu dikumpulkan
kejadiannya dalam perut ibunya 40 hari air mani, kemudian menjadi segumpal
darah selama 40 hari lagi, kemudian menjadi seketul daging selama 40 hari,
kemudian diutuskan kepadanya malaikat lalu ditiupkan ruh kepadanya dan
dituliskan empat kalimah iaitu rezekinya, umurnya, amalnya, celakanya atau
bahagianya. Maka demi Allah yang tidak ada Tuhan selain-Nya, sesungguhnya
seseorang mengerjakan perbuatan amal ahli syurga sehingga tidak ada jarak
antaranya dengan syurga itu melainkan sehasta, kemudian terdahulu atasnya
ketentuan tulisan lalu iapun mengerjakan amal ahli neraka maka masuklah ia ke
dalamnya. Dan seseorang mengerjakan amal ahli neraka sehingga tidak ada jarak
antaranya dengan neraka kecuali sehasta. Kemudian terdahulu atasnya ketentuan
tulisan lalu iapun mengerjakan amalan ahli syurga maka masuklah ia ke
dalamnya.”
(Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim)
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan
makalah ini antara lain
1.
Apa yang dimaksud Qada dan Qadar ?
2.
Bagaimana hubungan Qada dan Qadar ?
3.
Apa fungsi beriman kepada Qada dan Qadar ?
4.
Bagaimana hubungan Qada dan Qadar dengan Ikhtiar ?
5.
Apa saja macam-macam dari Taqdir ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Qada dan Qadar
Ø
Qada menurut bahasa artinya hokum, menghendaki
dan menjadikan. Sedangkan menurut istilah artinya keputusan atau ketetapan
Allah swt. terhadap semua makhluk-Nya
atas segala sesuatu yang akan terjadi, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Ketetapan itu sudah ada sebelum keberadaan atau kelahiran manusia.
Ø
Qadar menurut bahasa artinya ukuran, ketetapan,
dan ketentuan. Adapun menurut istilah, Qadar memiliki arti ketentuan Allah swt
yang terjadi pada setiap makhluk sesuai dengan batas yang telah ditentukan
sejak zaman azali. Qadar disebut juga dengan Taqdir Allah swt yang berlaku bagi
semua makhluk hidup, baik yang telah, sedang maupun akan terjadi .
Dari Abdullah bin ‘Amr ra, dari Nabi
saw,ia berkata: “Allah telah selesai menetapkan segala ukuran terhadap segala
urusan dunia, bahkan sebelum langit dan bumi itu sendiri dicipta sekitar 50 000
tahun”. [dikutip dari Kanzul ‘Umma 11/496]
Sikap
Rasulullah SAW Terhadap Qada’ dan Qadar
Dari Al-Auzai ra, ia berkata: seorang yahudi datang
kepada Nabi saw, ia bertanya kepada baginda tentang masalah kehendak. Baginda
menjawab: kehendak hanyalah milik Allah semata. Ia bertanya lagi: “sekalipun
aku berdiri”? baginda menjawab: “itu kerana Allah berkehendak anda utk
berdiri”. Ia bertanya lagi: “sekalipun aku duduk”? jawabnya: “itu kerana Allah
berkehendak anda utk duduk”. Ia bertanya lagi: “sekalipun aku ingin memotong
batang pohon kurma ini”? jawabnya: “itu kerana Allah berkehendak utk kamu
memotong batang pohon kurma itu”. Ia bertanya lagi: “sekalipun aku tidak ingin
memotong batang pohon kurma ini”? jawabnya: “itu kerana Allah berkehendak utk
kamu tidak memotong batang pohon kurma itu”. Beliau berkata: kemudia Jibril
mendatanginya dan berkata: hujjahmu telah dibimbing, sebagaimana dibimbingnya
Ibrahim as, ia berkata: dan ayat quran(al-hasyr:5) pun diturunkan. [dikutip
dari Hayatu Syahabah 3/28.
2.2 Dalil Naqli Tentang Qada dan
Qadar
Dalil adalah keterangan yang dijadikan bukti atau
alasan suatu kebenaran, jadi dalil naqli adalah bukti berdasarkan Al-Qur’an
atau hadist. Berikut ini beberapa dalil naqli mengenai qada dan qadar.
Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kam, kendatipun kamu
di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan,
mereka mengatakan: “ Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa
sesuatu bencana mereka mengatakan : “ ini (datangnya) dari sisi kamu
(Muhammad)”. Katakanlah :” semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka Mengapa
orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan
sedikitpun?[1]
Surat An- Nisa’
diatas berkaitan dengan ayat sebelumnya (77) tentang keadaan kaum musliminnya
munafik dan lemah memohon kepada Allah swt. Supaya tidak terjadi peperangan
dengan orang kafir. Padahal, permohonan mereka disebabkan takut mati dan
terlalu mencintai kesenangan duniawi.
Kemudian turun Surat An- Nisa’ ayat 78
yang menjelaskan bahwa kematian adalah perkara yang pasti terjadi, tidak
seorangpun dapat lari darinya. Terkadang justru bagi mereka yang terjun ke
medan perang tidak terkena musibah. Mereka mempunyai sifat apabila mendapatkan
kesenangan nikmat, maka akan berkata bahwa Allah swt. Telah memuliakan mereka.
Akan tetapi, apabila ditimpa kesusahan, mereka akan mengatakan bahwa hal itu
disebabkan oleh kesialan Nabi Muhammad saw. Bukan dari Allah swt. Mereka
(orang-orang munafik) tidak sepenuhnya menyadari akan ketentuan Allah swt. Yang
terjadi pada setiap makhluk. Dengan demikian, jelaslah bahwa kematian merupakan
qada dan qodar Allah swt. Yang sudah pasti terjadi.
Tidak
ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat
mengundurkan (Nya)[2]
Dalil
di atas menjelaskan bahwa ajal manusia sudah ditetapkan oleh Allah swt. tidak
ada satu makhluk pun yang dapat mendahului, apalagi menundanya karena setiap
manusia yang dibinasakan mempunyai waktu tertentu sesuai dengan ketentuan yang
telah ditulis dalam lauh al mahfuz.
Allah
melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan
dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu[3]
Dalam
ayat di atas dijelaskan bahwa Allah swt. berkehendak melapangkan dan
menyempitkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Akan tetapi, maksud dari
orang-orang yang dikehendaki bukanlah orang-orang yang bersikap pasrah atas
rezeki yang didapatinya tanpa ada usaha (ikhtiar), melainkan Allah swt.
menghendaki orang-orang yang berusaha dan berdoa untuk memperoleh rezeki
tersebut. Dengan demikian, Allah swt. berhak menentukan siapa yang rezekinya
dilapangkan dan siapa yang rezekinya dipersempit, karena semua itu sudah
menjadi ketentuan Allah swt.
Allah menyatakan: "semua yang bernyawa tidak akan
mati melainkan dengan izin-Nya, tepat pada waktunya sesuai dengan yang telah
ditetapkan-Nya. Artinya persoalan mati itu hanya di tangan Tuhan, bukan di
tangan siapa-siapa atau di tangan musuh yang ditakuti. Ini merupakan teguran
kepada orang-orang mukmin yang lari dari medan perang Uhud karena takut mati,
dan juga merupakan petunjuk bagi setiap umat Islam yang sedang berjuang di
jalan Allah seterusnya Allah memberikan bimbingan kepada umat Islam bagaimana
seharusnya berjuang di jalan Allah dengan firman-Nya[4]
Ini berarti setiap orang Islam harus
meluruskan dan membetulkan niatnya dalam melaksanakan setiap perjuangan. Kalau
niatnya hanya sekadar untuk memperoleh balasan dunia, maka biar bagaimanapun
besar perjuangannya. maka balasannya hanya sekadar yang bersifat dunia saja.
“Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga,
maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan.”[5]
Setiap yang bernyawa akan merasakan
mati dan di hari kiamat nanti itulah disempurnakan balasan masing-masing yang
baik dibalas dengan yang baik, yaitu surga dan yang buruk akan dibalas
dengan yang buruk pula yaitu neraka, sesuai dengan sabda Rasulullah saw yang
Artinya: Kubur itu adakalanya merupakan taman dari taman-taman surga,
atau merupakan jurang dari jurang-jurang neraka.[6]
“Dialah yang menciptakan kamu
dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal kematianmu, dan ada lagi suatu ajal
yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisinya (yang dia sendirilah
yang mengetahuinya) kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).”[7]
Kemudian Allah
swt. menghadapkan firman-Nya kepada orang-orang musyrikin yang mempersamakan
Allah swt. dengan selain-Nya dalam peribadatan. Allah dalam ayat ini
menunjukkan lagi bukti-bukti keesaan dan kekuasaan-Nya untuk membangkitkan
manusia pada hari kiamat. Dialah yang menciptakan manusia turunan Adam dari
tanah yang basah. Setiap kejadian manusia tentulah mengandung unsur zat dari
asal-usul kejadian induknya yang pertama yakni Adam a.s. Sifat-sat kejadian
induk pertama itu tidaklah terbatas pada induk itu saja tetapi diturunkan
kepada kesatuan jenisnya. Oleh karena itu penciptaan Adam a.s. dari tanah yang
basah dapat juga dalam penciptaan untuk setiap turunannya.
2.3 Keterkaitan
Qada dan Qadar
Qadha’
dan qadar adalah dua perkara yang beriringan, salah satunya tidak terpisah dari
yang lainnya, karena salah satunya berkedudukan sebagai pondasi, yaitu qadar,
dan yang lainnya berkedudukan sebagai bangunannya, yaitu qadha’. Barangsiapa
bermaksud untuk memisahkan di antara keduanya, maka dia bermaksud menghancurkan
dan merobohkan bangunan tersebut.
Antara Qada dan Qadar mempunyai
hubungan yang sangat erat. Jika Qada adalah rencana dan ketetapan Allah sejak
zaman azali, maka Qadar adalah bentuk nyata perwujudan dari rencana dan
ketetapan Allah tersebut. Jadi, dengan
kata lain hubungan antara Qada dan Qadar itu ibarat hubungan antara rencana dan
pelaksanaan dari rencana tersebut.
Qadar Allah selalu sesuai dengan
Qada-Nya. Artinya perbuatan Allah selalu sama dengan apa yang telah
direncanakan dan ditetapkan mengenai apa yang akan mereka alami. Dalam
kenyataannya, semua yang terjadi terhadap makhluk itu sama persis dengan apa
yang ditetapkan oleh Allah. Mengenai Qada dan Qadar ini tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Allah. Oleh karena itu setiap makhluk, terutama manusia
harus selalu berusaha sebaik mungkin dan memohon kepada Allah agar diberikan
nikmat kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
…Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah.
Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia pemberi Keputusan yang paling baik. [8]
2.4 Beriman Kepada Qada dan Qadar
Salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh seorang
muslim adalah mempercayai akan Qada dan Qadar Allah swt yang baik maupun yang
buruk. Semua yang terjadi kepada makhluk dalam kehidupan ini merupakan
ketetapan Allah sebelum semua makhluk ini diciptakan oleh Allah, Allah telah
menetapkan dan merencanakan sesuatu. Semua itu akan terjadi sebagaimana
ketetapan dan rencana-Nya.
Setiap muslim harus rela dan ikhlas menerima ketetapan
Allah, baik ketetapan yang membuatnya senang maupun ketetapan yang membuatnya
susah. Sesuatu yang baik menurut manusia belum tentu baik menurut Allah, dan
sebaliknya yang buruk menurut manusia bisa menjadi baik bagi dirinya dihadapan
Allah. Manusia sering tidak mengetahui rahasia dan hakikat sesuatu, karena
hanya Allah semata yang mengetahui rahasia dan hakikat tersebut. Oleh karena
itu, seorang muslim harus selalu bersabar dan bertawakal kepada Allah., yaitu
menyerahkan segala sesuatu kepada Allah.
Taqdir Allah sesuai dengan kehendak Allah. Oleh karena itu
taqdir tidak selalu sesuai dengan yang kita inginkan. Ketika taqdir Allah
sesuai dengan keinginan kita, maka hendaklah kita bersyukur kepada Allah swt.
Sebaliknya jika taqdir Allah tidak seperti yang kita harapkan, maka kita harus
bersabar dan ikhlas menerimanya. Kita harus yakin bahwa dibalik kegagalan yang
kita rasakan ada hikmah yang belum kita ketahui dan sadari. Allah Maha
Mengetahui atas segala sesuatu yang menjadi keputusan-Nya.
Allah SWT mewajibkan umat manusia
untuk beriman kepada qada dan qadar (takdir), yang tentu mengandung banyak
fungsi (hikmah atau manfaat), yaitu antara lain :
a. Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT,
pencipta alam semesta adalah tuhan Yang Maha Esa , maha kuasa, maha adil dan
maha bijaksana. Keyakinan tersebut dapat mendorong umat manusia (umat islam)
untuk melakukan usaha-usaha yang bijaksana, agar menjadi umat (bangsa) yang
merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan kedaulatan yang di perolehnya
itu akan di manfaatkannya secara adil, demi terwujudnya kemakmuran
kesejahteraan bersama di dunia dan di akherat.
b. Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta
dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah SWT(sunatullah) atau
hukum alam. Kesadaran yang demikian dapat mendorong umat manusia (umat islam)
untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih di bidangnya masing-masing, kemudian
mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap mahluk Allah seperti manusia,
hewan, tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil – hasil
penelitiannya di manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah
yang lebih tinggi. (lihat dan pelajari Q.S. Almujadalah, 58 : 11)
c. Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir dapat
menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini
seperti daratan, lautan, angkasa raya, tanah yang subur, tanah yang tandus, dan
berbagai bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, serta banjir
semata-mata karena kehendak, kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain itu,
kemahakuasaan dan keadilan Allah SWT akan di tampakkan kepada umat manusia,
takkala umat manusia sudah meninggal dunia dan hidup di alam kubur dan alam
akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa, tentu akan memperoleh nikmat
kubur dan akan di masukan kesurga, sedangkan manusia yang ketika di dunianya
durhaka kepada Allah dan banyak berbuat dosa, tentu akan memperoleh siksa kubur
dan di campakan kedalam neraka jahanam. (lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 :
131 – 133).
d. Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji,
serta menghilangkan sikap serta prilaku tercela. Orang yang betul-betul beriman
kepada takdir (umat islam yang bertakwa ) tentu akan memiliki sikap dan prilaku
terpuji seperti sabar, tawakal, qanaah, dan optimis dalm hidup. Juga akan mampu
memelihara diri dari sikap dan prilaku tercela, seperti: sombong, iri hati,
dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam hidup. Mengapa demikian? Coba kamu
renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24)
e. Mendorong umat manusia (umat islam) untuk
berusaha agar kualitas hidupnya meningkat, sehingga hari ini lebih baik dari
hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Umat manusia (umat islam)
jika betul-betul beriman kepada takdir, tentu dalam hidupnya di dunia yang
sebenar ini tidak akan berpangku tangan. Mereka akan berusaha dan bekerja dengan
sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing, sesuai dengan kemampuannya yang
telah di usahakan secara maksimal, sehingga menjadi manusia yang paling
bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “sebaik-baiknya manusia ialah
yang lebih bermanfaat kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).
Seorang muslim yang percaya akan adanya ketentuan Allah swt pastinya memiliki
tingkat ketaatan yang tinggi. Karena ketentuan Allah swt menyangkut hidup di
dunia dan di akherat. Adapun ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan
qadarnya Allah swt adalah :
·
Mentaati
perintah Allah swt dan menjauhi serta meninggalkan segala larangan Allah swt
·
Berusaha
dan bekerja secara maksimal
·
Tawakkal
kepada Allah swt secara menyeluruh dan berdoa
·
Mengisi
kehidupan di dunia dengan hal-hal positif untuk mencapai kebahagiaan hidup di
akherat
·
Memperhatikan
dan merenungkan kekuasaan dan kebesaran Allah swt
·
Bersabar
dalam menghadapi cobaan
Dengan beriman kepada qadha dan qadar,
banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan
mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:
a. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila
mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu
merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah
maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian
Firman Allah:
Artinya:”dan apa
saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa
oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ”[9]
b. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila
memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata
karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia
mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia
menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT:
Artinya: Hai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat
Allah, melainkan kaum yang kafir.[10]
Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari
sifat kesombongan.”( HR. Muslim)
c. Memupuk sifat optimis dan giat bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada
dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung.
Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab
itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat
bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.
Firman Allah:
Artinya : Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.[11]
d. Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa
mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan
apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia
bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.
2.5. Hubungan Qada dan Qadar dengan Ikhtiar
Nasib
manusia telah ditentukan oleh Allqh swt. Namun demikian, manusia tidak bisa
berpangku tangan atas hal tersebut. Manusia tetap diperintahkan Allah untuk
berusaha ataupun berikhtiar agar cita-citanya berhasil. Manusia harus selalu
optimis dan terus berharap agar Allah mengabulkan sesuai dengan yang diinginkan.
Allahberfirman dalam Qs. Ar-Ra’du 11 dan Qs. An-Najm 39
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.[12]
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya,[13]
2.6 Macam-Macam Taqdir
Pada
dasarnya, semua yang terjadi di alam ini berdasarkan pada ketentuan Allah swt.
sejak zaman azali, tetapi terjadinya taqdir Allah tersebut ada juga mengikutsertakan peran makhluk-Nya.
Takdir dibagi menjadi dua macam, yaitu
:
a.
Taqdir
Mubram
Taqdir Mubram yaitu ketentuan Allah
swt yang sudah pasti berlaku atas manusia tanpa dapat dielakkan lagi meskipun
dengan usaha (ikhtiar). Contoh taqdir mubram ialah kematian, kelahiran, dan
usia.
Artinya : “Dan tiap-tiap umat memiliki. Maka apabila
telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun
dan tidak dapat pula memajukannya”.[14]
b.
Taqdir
Mu’allaq
Taqdir Mu’allaq
adalah ketentuan Allah swt yang mungkin dapat diubah oleh manusia melalui
ikhtiarnya jika Allah swt mengizinkan. Contohnya seorang siswa yang setiap kali
ulangan harian mendapatkan nilai yang buruk dan dari situ ia dijauhi oleh
teman-temannya. Karena merasa tidak adil dengan sikap teman-temannya
terhadapnya, ia memiliki tekad untuk memperbaiki semuanya. Ia belajar dengan
tekun agar mendapatkan nilai yang bagus dan bisa kembali dapat berteman baik
dengan teman-temannya. Hasil ujian akhir semester pun diumumkan, dan ternyata
siswa tersebut mendapat peringkat tertinggi di kelas dan seketika
teman-temannya memandangnya dengan tatapan kagum.
Artinya : “Dan
hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman”.[15]
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari paparan diatas disimpulkan bahwa Qadar merupakan ketentuan Allah yang berlaku terhadap kondisi makhluqnya. Tak ada satu pun orang yang dapat menggugat segala keputusan dan ketentuan Allah, karena itu semua telah terangkum dalam sebuah kitab yaitu lauh mahfuuz. Hakikatnya semua perbuatan yang dilakukan manusia hanya merupakan majas, karena sebenarnya yang melakukan semua itu adalah Allah. Manusia hanyalah sebagai wayang sedangkan dalangnya adalah Allah .
Manusia hanya bisa berikhtiar dan bertawakal kepada Allah dengan
apa yang telah ditetapkannya. Allah tidak akan membebani seorang hambanya
melainkan sesuai dengan kesanggupannya, karena Allah akan membalas dari apa
yang telah diusahakan manusia.
Beriman kepada qada’ dan qadar akan
melahirkan sikap optimis,tidak mudah putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini
sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan
memberikan yang terbaik kepada seorang muslim,sesuai dengan sifatnya yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang.Oleh karena itu,jika kita tertimpa musibah maka ia
akan bersabar,sebab buruk menurut kita belum tentu buruk menurut
Allah,sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah.Karena dalam
kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar dan tawakal yang
dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan untuk mencari
takdir yang terbaik dari Allah.
[1]
Qs An-Nisa Ayat 78
[2] Qs Al Hijr Ayat 5
[3] Qs Al Ankabut Ayat 62
[4] Qs Ali Imran 145
[5] (QS. 3:185) Ali imran 185
[6] (H.R. Tirmizi dan Tabrani)
[7] (QS. AL AN’AM :2)
[8] Qs Al An’Am 57
[9] ( QS. An-Nahl ayat 53).
[10] (QS.Yusuf ayat 87)
[11] (QS Al- Qashas ayat 77)
[12] Qs
Ar Ra’du Ayat 11
[13] Qs An Najm Ayat 39
[15] (QS. Al- Maidah : 5/23)
Komentar
Posting Komentar