Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Sumber daya
manusia merupakan salah satu factor terpenting yang mempengaruhi keberhasilan
suatu perusahaan. Di era global ini, kebutuhan akan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk sebuah perusahaan adalah sangat penting dimiliki oleh suatu
organisasi, karena itu keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh unsur
manusia (Nawawi, 2004). Pemilihan
sumber daya manusia yang berkualitas harus diperhatikan untuk menunjang
keberhasilan produktivitas perusahaan. Karena sumber daya manusia yang baik
akan memudahkan bagi perusahaan untuk mencapai visi, misi, dan tujuannya.
Peningkatan
kinerjapara karyawan bukanlah hal yang mudah karena banyak factor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja karyawan. Kinerja sumber daya manusia
adalah prestasi keja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai
sumber daya manusia tiap satuan periode dalam melaksanakan tugas kerjanya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2006). Kinerja karyawan merupakan salah satu hal yang
sangat penting dalam suatu perusahaan untuk meningkatkannya. Kinerja dapat
diartikan sebagai hasil pencapaian dari tujuan yang telah direncanakan.
Motivasi
adalah dorongan yang memberikan daya perangsang kepada pegawai yang bersangkutan
agar pegawai tersebut bekerja dengan segala daya upaya (Manullang, 2002). Motivasi disini sangat diperlukan para karyawan
untuk meningkatkan kinerja mereka. Karena telah diketahui bahwa karyawan dalam
sebuah perusahaan adalah sebagai motor penggerak dari seluruh aktivitas dalam
mencapai tujuan organisasi. Dengan begitu, perusahaan tidak boleh hanya
memfokuskan perhatiannya pada tujuan saja, melainkan juga kepada hal-hal sepele
seperti karyawan. Di samping tujuan, perusahaan juga harus mampu memperhatikan
kesejahteraan karyawan.
Dalam memotivasi
para karyawan sangat memerlukan motivator atau disebut juga seseorang yang
mampu menjadi mesin penggerak tenaga kerja. Ada banyak bentuk motivasi kerja
yang dapat dilakukan oleh motivator untuk merangsang semangat kerja karyawan.
Menggunakan teknik pengukuran motivasi kerja dan mengolah dengan baik
unsur-unsur penggerak motivasi merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan
motivasi pegawai. Melakukan observasi pada beberapa perusahaan juga mampu
mendukung. Dengan begitu, ada banyak hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan motivasi yang berhubungan dengan produktivitas kerja.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan masalahnya antara lain :
1. Apa pengertian
motivasi ?
2. Apa fungsi motivasi bagi kinerja karyawan ?
3. Apa saja bentuk-bentuk motivasi dalam sebuah perusahaan ?
4. Mengapa motivasi kerja sangat penting bagi kinerja karyawan ?
5. Bagaimana hubungan motivasi dengan produktivitas kerja karyawan ?
6. Bagaimana cara meningkatkan motivasi kerja karyawan home industry di desa
Kandat ?
1.3 Tujuan Penulisan Masalah
Sesuai dengan
latar belakang masalah tersebut, tujuan penulisan masalahnya antara lain :
1. Untuk mengetahui
pengertian motivasi kerja.
2. Untuk mengetahui
fungsi motivasi kerja bagi kinerja karyawan.
3. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk motivasi kerja dalam sebuah
perusahaan.
4. Untuk
mengetahui pentingnya motivasi kerja bagi kinerja
karyawan.
5. Untuk
mengetahui hubungan motivasi kerja dengan produktivitas
kerja karyawan.
6. Untuk mengetahui cara meningkatkan motivasi kerja karyawan home industry di
desa Kandat.
BAB II
PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN HOME INDUSTRI DI DESA
KANDAT
2.1 Pengertian Motivasi
Robbins dan Judge (2007)
mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan
ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Selanjutnya, Samsudin
(2005) memberikan pengertian motivasi sebagai proses mempengaruhi atau
mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau
melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan
sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk
memuaskan dan memperahankan kehidupan.
Mangkunegara (2005,61)
menyatakan : “motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam
menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan
kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju
untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan
positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk
mencapai kinerja maksimal”.
Berdasarkan pengertian di
atas, maka motivasi merupakan respon pegawai terhadap sejumlah pernyataan
mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri pegawai agar tumbuh
dorongan untuk bekerja dan tujuan yang dikehendaki oleh pegawai tercapai.
2.2 Fungsi Motivasi Kerja Bagi Kinerja
Karyawan
Motivasi seseorang dipengaruhi oleh stimuli
kekuatan intrinsik yang ada pada diri seseorang/individu yang bersangkutan,
stimuli eksternal mungkin juga dapat mempengaruhi motivasi, tetapi motivasi itu
sendiri mencerminkan reaksi individu terhadap stimuli tersebut.
Adapun tujuan pemberian motivasi menurut
Hasibuan, antara lain :
1) Mendorong gairah dan semangat kerja
bawahan,
2) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja
karyawan;
3) Meningkatkan produktivitas kerja
karyawan;
4) Mempertahankan loyalitas dan kestabilan
karyawan perusahaan;
5) Meningkatkan disiplin dan menurunkan
tingkatan abseni karyawan;
6) Menciptakan suasana dan hubungan kerja
yang baik;
7) Meningkatkan kreativitas dan partisipasi
karyawan;
8) Meningkatkan kesejahteraan karyawan;
9) Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan
terhadap tugas-tugasnya.
Menurut pendapat Diwan bahwa manusia
mempunyai kebutuhan yang mendorong timbulnya perilaku. Motivasi, sebagaimana
terlihat adalah berasal dari dalam diri individu yang kernudian diaplikasikan
dalam bentuk perilaku.
Perilaku terjadi karena suatu determinan
tertentu, baik biologis maupun psikologis atau berasal dari Imgkungan.
Determinan ini akan merangsang timbulnya suatu keadaan psikologis tertentu
dalam tubuh yang disebut kebutuhan, kebutuhan menciptakan suatu keadaan tegang
(tention) dan ini mendorong perilaku untuk memenuhi kebutuhan tersebut
(perilaku instrumental).
Bila kebutuhan terpenuhi, ketegangan akan
melemah sampai timbul ketegangan lagi dengan munculnya kebutuhan baru. Inilah
yang disebut motivasi. Tidak semua penlaku mengikuti pola daur seperti itu.
Bila determinan yang menimbulkan kebutuhan itu tidak ada lagi, maka daur tidak
terjadi.
Berangkat dari papaaran di atas dapat
diketahui bahwa pemberian motivasi tidak terlepas dari kebutuhan individu itu
sendih dan berbagai faktor internal yang membut seseorang puas. Menurut
Hasibuan pemberian motivasi pada pegawai bertujuan untuk: fa) mendorong gairah
dan semangat kerja pegawai; (b) meningkatkan moral dan kepuasan kerja; (c)
meningkatkan produktivitas kerja; (d) mempertahankan loyalitas dan kestabilan
dan menurunkan tingkat absensi karyawan; dan (e) meningkatkan kedisiplinan dan
menurunkan tingkat absensi karyawan; dengan demikian motivasi berfungsi untuk:
(a) meningkatkan hasil kerja; (b) mempercepat proses penyelesaian pekerjaan;
dan (c) sebagai sarana pencapaian tujuan dan pengembangan prestasi.
Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan
hidup bermasyarakat dan bisa berintegrasi dengan masyarakatnya, hingga
metahirkan proses sosial dan relasi sosial. Sedangkan sebagai makhluk biologis
manusia didorong oleh kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya seperti makan,
minum, sandang dan papan disamping membutuhkan status (kedudukan) sosial yang
baik. Karena itu dalam tindakannya manusia didorong oleh tuntutan tersebut.
Sehubungan dengan tuntutan tersebut maka asas motivasi (ekstrinsik) pada
pegawai dengan mengacu kepada pendapat Hasibuan adalah:
a. Asas mengikutsertakan,
yaitu mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan
kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat, rekomendasi dalam proses
pengambilan keputusan.
b. Asas komunikasi, yaitu
menginformasikan tujuan yang akan dicapai dengan jelas, cara mengerjakan dan
kendala-kendala yang dihadapi.
c. Asas pengakuan, berupa
pemberian penghargaan, pujian dan pengakuan yang wajar kepada bawahan sesuai
dengan prestasi kerjanya
d. Asas adil dan
bijak
e. Asas perhatian timbal
balik, bawahan yang berhasil mencapai tujuan dengan baik, atasan memebrikan
alat dan jenis motivasi untuk peningkatan prestasi (kerjasama saling
menguntungkan).
Manusia pada dasarnya bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup, sehingga dalam situasi sulit kita sering mendengar ungkapan
dari seseorang: “pekerjaan apa saja, yang penting bisa menyambung kehidupan”.
Kebutuhan hidup tidak hanya bersifat materi
saja, tetapi juga immaten, berupa kepuasan batin, kesenangan dan kegembiraan
karena prestasi kerja, Karena itu manusiajuga memerlukan pengakuan terhadap
prestasi kerjanya supaya ia mencapai kepuasan batin.
Aktivitas perilaku biasanya muncul karena ada
tujuan, maka para pemimpin atau atasan dalam memotivisir bawahannya dalam
organisasinya hsrus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Kepentingan
individu itu rnelekat pada masing-masing orang dan dibawa ke dalam
organisasi.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa dalam
sebuah organisasi terdapat dua pola kepentingan, yaitu kepentingan individu dan
kepentingan organisasi. Tingkat kepuasan dan pengabdian seseorang kepada
organisasi pada dasarnya tergantung pada sejauhmana kedua bentuk kepentingan
itu salaing bersesuaian. Dalam konteks inilah diperlukan peran pimpinan
organisasi untuk mengadakan bimbingan kepada bawahan, agar kepentingan bawahan
tersebut tidak kontradiktif dengan kepentingan organisasi. Jika penyesuaian ini
mengalami kegagalan dimana masing-rnasing individu menjadikan organisasi sebagai
alat untuk memperoleh kepentingan pribadinya.
2.3
Bentuk-Bentuk Motivasi Kerja dalam Sebuah Perusahaan.
Menurut
Sastrohadiwiryo (2002 : 270) bentuk – bentuk Motivasi adalah sebagai berikut:
1. Kompensasi
Bentuk Uang
Bentuk yang paling sering diberikan kepada tenaga kerja adalah berupa kompensasi. Kompensasi yang biasanya berwujud uang. Kompensasi sebagai kekuatan untuk memberikan motivasi selalu memiliki reputasi atau nama yang baik, dan memang sudah selayaknya demikian.
Pemberian kompensasi berupa uang merupakan perangsang kerja yang sangat efektif karena uang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup. Uang merupakan kebutuhan fundamental, pemberian kompensasi memiliki dua pengaruh prilaku. Keanggotaan adalah pengaruh yang aling luas yang mempengaruhi tenaga kerja pada semua tingkat pendapatan. Pengaruh yang kedua adalah negative dari sudut pandang perusahaan, dan cenderung terbatas hanya pada tenaga kerja yang pendapatannya tidak lebih dari tingkat “standar kehidupan yang layak” dan cenderung menganggap kompensasi bentuk uang tidak seimbang.
2. Pengarahan dan pengendalian
Pengarahan dimaksudkan untuk menentukan apa yang harus mereka kerjakan atau tidak mereka kerjakan, sedangkan pengendalian dimaksudkan untuk menentukan bahwa tenaga kerja harus mengerjakan hal-hal yang telah di instruksikan. Fungsi pengendalian mencakup penilaian kinerja, pemeriksaan mutu, dan pengukuran hsil kerja, sedangkan fungsi pengarahan mencakup berbagai proses standar pedoman dan buku panduan. Pengarahan dan pengendalian dalam suatu bentuk jelas perlu mendapatkan kinerja yang terpercaya dan terkoordinasi.
3. Penetapan pola kerja yang efektif
Pada umumnya. Reaksi dari kebosanan kerja akan menghambat produktivitas kerja. Karena manajemen menyadari bahwa masalah bersumber pada cara pengaturan pekerjaan, teknik penetapan pola kerja antara lain:
1.
Memperkaya pekerjaan, yaitu
penyesuaian tuntutan pekerjaan dengan kemampuan tenaga kerja
2.
Manajemen partisipatif,
yaitu penggunaan berbagai cara untuk melibatkan pekerja dalam pengambilan
keputusan (decision making) yang mempengaruhi pekerjaan mereka.
3.
Mengalihkan perhatian para
pekerja dari pekerjaan yang membosankan kepada instrument waktu luang untuk
istirahat atau sarana lain yang lebih fantastis.
4. Kebajikan
Kebajikan dapat
didefenisikan sebagai suatu tindakan yang diambil dengan sengaja
oleh manajemen untuk mempengaruhi sikap atau perasaan para tenaga
kerja. Kebijakan adalah usaha untuk
membuat tenaga kerja bahagia.
2.4
Pentingnya Motivasi Kerja bagi
Kinerja Karyawan
Seiring
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dewasa ini yang disadari dengan terciptanya
mesin dan peralatan canggih, serta munculnya inovasi-inovasi kerja. Perusahaan
memerlukan seorang manajer yang mampu menumbuhkan suatu motivasi kerja kepada
karyawan guna mencapai hasil yang telah ditetapkan.
Tujuan
perusahaan pada umumnya adalah mencapai keuntungan dan berusaha untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang. Untuk dapat mencapai
tujun tersebut maka perusahaan melaksanakan kegiatannya dalam menggunakan
faktor produksi yaitu alam, modal, skill, teknologi, ketrampilan tenaga kerja
dan lain-lain. Salah satu faktor yang paling penting adalah tenaga kerja,
karena teknologi yang sempurna bila tidak didukung oleh sumber daya alam yang
berkualitas, maka perusahaan tidak akan mampu berjalan dengan baik. Sebagai
pendorong sumber daya manusia untuk bekerja adalah motivasi, dalam kehidupannya
manusia melakukan bermacam-macam aktivitas dan salah satunya adalah perilaku
manusia itu sendiri. Perilaku manusia sekarang hanyalah cermin yang paling
sederhana dari motivasi dasar mereka, sejalan dengan tujuan perusahaan maka
antaramotivasi dan permintaan perusahaan harus saling mendukung.
Adanya
pemberian motivasi ini berarti telah memberikan kesempatan terhadap karyawan
yang menjadi bawahannya sehingga karyawan bisa dan mampu mengembangkan
kemampuannya. Motivasi secara sederhana dapat dirumuskan sebagai kondisi
ataupun tindakan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan atau
kegiatan semaksimal mungkin karyawan untuk berbuat dan berproduksi. Peranan
motivasi adalah untuk mengintensifkan hasrat dan keinginan tersebut, oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa usaha peningkatan semangat kerja seseorang
akan selalu terkait dengan usaha memotivasinya sehingga untuk mengadakan
motivasi yang baik perlu mengetahui kebutuhan-kebutuhan manusia. McClelland
(dalam Robbins, 1995: 87) memusatkan pada tiga kebutuhan manusia yaitu:
1. Kebutuhan
prestasi, tercermin pada keinginan karyawan mengambil tugas yang dapat di
pertanggung jawabkan secara pribadi atas perbuatanperbuatannya;
2.
Kebutuhan afiliasi,
kebutuhan ini ditunjukkan adanya keinginan untuk bekerjasama, senang bergaul,
berusaha mendapatkan persetujuan dari orang lain, melaksanakan tugas-tugasnya
secara lebih efektif bila bekerja dengan orang-orang lain dalam suasana
kerjasama; dan
3.
Kebutuhan kekuasaan,
kebutuhan ini tercermin pada seseorang yang ingin mempunyai pengaruh atas
orang-orang lain.
Seorang
karyawan mungkin melaksanakan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik
dan ada yang tidak tujuan perusahaan dapat tercapai bila karyawan dapat
melaksanakan tugas dengan baik, tetapi bila tidak maka pimpinan perusahaan
perlu mengetahui penyebabnya. Biasanya penurunan semangat dapat terjadi karena
kurang disiplin yang disebabkan oleh turunnya motivasi karyawan tersebut untuk
itu pimpinan perusahaan harus dapat memberikan suatu motivasi kepada
karyawannya sekaligus memberikan kepuasaan kerja terhadap karyawan sehingga
dapat memberikan gairah kerja karyawan. Untuk dapat mengembangkan dan
memberdayakan Sumberdaya Manusia, diperlukan motivasi kerja dan kepuasan kerja
karyawan.
Menurut
Armstrong (1998: 97) menyatakan bahwa seorang karyawan yang tidak puas atas
pekerjaannya dapat dimotivasi bekerja lebih baik lagi untuk memperbaiki
dirinya.
Maka
dengan adanya motivasi tinggi dan kepuasan kerja yang baik tercermin dari rasa
tanggung jawab dan gairah kerja yang menciptakan suatu keinginan untuk bekerja
dan memberikan sesuatu yang terbaik untuk pekerjaannya. Pentingnya motivasi dan
kepuasan kerja menuntut pimpinan perusahaan untuk peka terhadap kepentingan
karyawan. Pimpinan perusahaan melakukan pedekatan tidak hanya terhadap karyawan
tetapi juga terhadap keluarga dan lingkungannya sehingga perusahaan tahu apa
yang menyebabkan karyawan termotivasi dalam bekerja.
Motivasi
yang tepat dan baik dapat meningkatkan dan menumbuhkan semangat kerja karyawan
dan kepuasan kerja karyawan, dan akan menambah semangat kerja karyawan dalam
bekerja karena dengan adanya gaji atau upah yang sesuai bagi karyawan maka
dengan demikian akan tercapai kinerja karyawan yang tinggi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa motivasi dan kepuasan kerja merupakan faktor penentu dalam
mencapai kinerja karyawan. Diharapkan dengan adanya motivasi dan kepuasan kerja
dapat mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan.
Banyak
orang beranggapan bahwa kepuasan kerja karyawan lebih banyak ditemukan dengan
tingginya tingkat upah dan aspek finansial lainnya. Hal ini merupakan anggapan
yang kurang benar sebab masih banyak factor lainnya yang mempengaruhi tingkat
kepuasaan kerja hal ini dibuktikan bahwa hubungan antar karyawan maupun antara
pimpinan dan bawahan sangat menentukan tingkat kepuasaan kerja.
Kepuasaan
kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
dengan para karyawan memandang pekerjaan mereka. Peningkatan kepuasan kerja
merupakan salah satu segi dari keefektifan perusahaan, keefektifan dalam suatu
organisasi atau dalam perusaahan dapat dicapai melalui kelancaran proses
komunikasi antar pihak dalam perusaahaan yang pada akhirnya memperlancar
perusahaan tersebut.
Selain
itu juga kepuasaan kerja karyawan dipengaruhi oleh promosi, menurut Flippo
(dalam Siagian, 2002: 95) Promosi adalah kesempatan bagi karyawan untuk maju,
mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dan biasanya disertai dengan gaji yang
lebih besar atau lebih tinggi. Dengan demikian dapat dikatan bahwa promosi
jabatan berhubungan erat dengan kepuasan kerja karyawan.
Menurut
As’ad (1995: 104) pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat
individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda
sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya.
Ini
disebabkan karena adanya perbedaan pada masing-masing individu. Semakin banyak
aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut,
maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya, dan sebaliknya.
2.5 Hubungan
Motivasi Kerja dengan Produktivitas Kerja Karyawan
Hubungan motivasi dan
produktivitas pada tingkat perusahaan tampaknya amat bergantung kepada motivasi
unsur manajemen dalam tingkat hierarki perusahaan yang berperan di dalamnya.
Prilaku seorang tenaga kerja dapat berubah karena perubahannya yang dialminya
secara pribadi. Suterneister dalam Sastrohadiwiryo (275) mengungkapkan hubungan
antara motivasi dan produktivitas sebagai berikut:
1. Produktivitas sekitar 90% tergantung pada kinerja tenaga kerja dan 100% tergantung pada perkembangan teknologi dan bahan mentah
2. Kinerja tenaga kerja itu 80 – 90 % tergantung pada motivasi bekerja dan ang 10 – 20% tergantung kemampuannya
3. Motivasi tenaga kerja untuk 50% tergantung pada kondisi sosial, 40% tergantung pada kebutuhan dan 10% tergantung pada kondisi fisik.
1. Produktivitas sekitar 90% tergantung pada kinerja tenaga kerja dan 100% tergantung pada perkembangan teknologi dan bahan mentah
2. Kinerja tenaga kerja itu 80 – 90 % tergantung pada motivasi bekerja dan ang 10 – 20% tergantung kemampuannya
3. Motivasi tenaga kerja untuk 50% tergantung pada kondisi sosial, 40% tergantung pada kebutuhan dan 10% tergantung pada kondisi fisik.
Theresia (2004 : 8)
Terdapat beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam organisasi perusahaan,
antara lain:
1. Perusahaan
dapat menilai konversi sumber dayanya agar dapat meningkatkan produktivitas
melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber daya itu.
2. Perencanaan
sumber-sumber daya menjadi lebih efektiv dan efisien melalui pengukuran
produktivitas, baik dalam perancangan jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Tujuan
ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan dapat di organisasikan kembali dengan
cara memberikan prioritas tertentu yang di pandang dari sudut produktivitas.
4. Perencanaan
target produktivitas di masa mendatang dapat di modifikasi berdasarkan
informasi pengukuran produktivitas tingkat produktivitas sekarang.
5. Strategi
untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat di tetapkan berdasarkan
kesenjangan produktivitas yang ada di antara produktivitas yang direncanakan
dan tingkat produktivitas yang di ukur, dalam hal ini pengukuran produktivitas
memberikan informasi dan mengidentifikasi masalah-masalah atau
perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga tindakan korektif dapat di ambil.
6. Pengukuran
produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam
membandingkan tingkat produktivitas diantara organisasi perusahaan sejenis pada
skala nasional maupun global.
7. Nilai-nilai
produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi informasi
yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan dari perusahaan itu.
8. Pengukuran
produktivitas akan menciptakan tindakan kompetitif berupa upaya-upaya
peningkatan produktivitas secara terus-menerus.
9. Pengukuran
produktivitas secara terus-menerus akan memberikan informasi yang bermanfaat untuk
menentukan dan mengevaluasi kecendrungan perkembangan produktivitas dari waktu
ke waktu.
10. Pengukuran produktivitas
akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam mengevaluasi.
11. Pengukuran
produktivitas akan memberikan motivasi kepada orang-orang untuk terus-menerus
melakukan perbaikan dan juga meningkatkan kepuasan kerja, orang-orang akan
memberikan perhatian kepada pengukuran produktivitas apabila dampak dari
perbaikan produktivitas itu tampak jelas dan di rasakan oleh mereka.
12. Aktivitas
perundingan bisnis secara kolektif dapat diselesaikan secara rasional, apabila
telah tersedia ukuran-ukuran produktivitas.
2.6 Cara Meningkatkan Motivasi Kerja Karyawan Home
Industri di Desa Kandat
Kita semua mengalami
masalah apakah pekerjaan kita itu sesuai dengan yang kita dambakan. Atas dasar
alasan ini langkah pertama menuju penciptaan seorang tenaga kerja yang
termotivasi seharusnya dengan cara menerima karyawan yang termotivasi dari
dirinya sendiri. Caranya menurut Gerald Graham, Direktur Sekolah Bisnis
Universitas Wichita State, adalah dengan mengkaji riwayat dan pengalaman
mereka.
Sayangnya
untuk kebanyakan manajer, pekerja yang mereka miliki adalah pekerja yang
terpaksa. Dengan demikian, cara selanjutnya yang harus dilakukan adalah
menemukan cara untuk mempercepat dorongan di dalam diri mereka menuju
kesuksesan. Sebelum mencoba ini, para manajer harus mengetahui berbagai
perilaku yang memotivasi mereka.
Bila tujuannya telah
diketahui, para manajer dapat (1) memberikan kepada pekerja keterangan
yang mereka perlukan untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang baik. Ini
termasuk tujuan secara keseluruhan dan misi bisnis, pekerja yang perlu
dikerjakan oleh Departemen khusus, dan aktivitas kerja tertentu yang
mengharuskan berkonsentrasi pada pekerjaan tersebut. Bob Nelson, Wakil Presiden
Pusat Penelitian Pengembangan Blanchard dan penulis “1001 Cara Memberikan
Imbalan Karyawan”, mengatakan bahwa Komunikasi Yang Terbuka membantu pekerja
merasa bahwa mereka berada di dalam keputusan-keputusan penting mengenai bisnis
dan membantu mereka untuk memahami prakarsa yang melandasi bisnis tersebut.
Ia menambahkan, informasi itu seharusnya tidak hanya terdapat pada bagian sebelum akhir proyek atau tugas tapi juga terdapat di bagian tengah dan akhir. Dengan kata lain manajer harus (2) memberikan kesempatan umpan balik secara teratur. Seperti Ken Blanchard penulis buku “Manajer Satu Menit”, menekankan, “Pengaruh umpan balik adalah sarapan pagi para juara”.
Ia menambahkan, informasi itu seharusnya tidak hanya terdapat pada bagian sebelum akhir proyek atau tugas tapi juga terdapat di bagian tengah dan akhir. Dengan kata lain manajer harus (2) memberikan kesempatan umpan balik secara teratur. Seperti Ken Blanchard penulis buku “Manajer Satu Menit”, menekankan, “Pengaruh umpan balik adalah sarapan pagi para juara”.
Mengingat karyawan adalah
para ahli pada pekerjaannya, para manajer harus (3) meminta masukan
dari karyawan dan melibatkan mereka di dalam keputusan yang mempengaruhi
pekerjaan mereka. Suasana komunikasi terbuka dan berbagi komunikasi
dua arah lebih memotivasi, jika hal itu menjadi suatu bagian pelengkap dalam
menjalankan bisnis. Oleh karena itu perusahaan harus (4) membuat
saluran komunikasi yang mudah dipergunakan, sehingga karyawan dapat
menggunakannya untuk mengutarakan pertanyaan/kehawatiran mereka dan memperoleh
jawaban. Sambungan telepon langsung, kotak saran, forum-forum kelompok
kecil, tanya jawab dengan pimpinan dan “politik pintu terbuka” adalah beberapa
cara yang dapat mendorong dan membesarkan hati karyawan untuk berbicara terus
terang.
Salah satu tujuan
terpenting komunikasi terbuka bagi para pimpinan adalah untuk (5)
belajar dari para karyawan itu sendiri apa yang memotivasi mereka. Motivator
dari dalam diri setiap orang berbeda, serta imbalan atas suatu pekerjaan yang
dikerjakan dengan baik harus dibakukan.
Saul Gellerman penulis
“Motivating Superior Performance” menambahkan, “Tunjukkan rasa hormatmu
terhadap individu dengan menanggapi tanda yang mereka tunjukkan tentang
bagaimana mereka ingin diperlakukan dan jenis pekerjaan yang ingin mereka
kerjakan.” Para manajer harus (6) mempelajari apa saja
kegiatan-kegiatan lain yang pekerja lakukan bila mereka mempunyai waktu luang,
dan kemudian menciptakan kesempatan bagi mereka untuk melakukan kegiatan itu
secara lebih teratur.
Motivator terbaik adalah
bila para manajer (7) memberi selamat secara pribadi kepada karyawan
yang melakukan pekerjaan dengan baik. Pemberian selamat ini harus
dilakukan khusus dan tepat waktu.. Suatu cara untuk memastikan penghargaan
adalah agar para manajer (8) terus menerus memelihara hubungan dengan
orang yang mereka bawahi. Bila penghargaan pada karywa tidak dapat
dijalankan, para manajer harus (9) menulis Memo secara pribadi kepada
mereka tentang hasil kinerja mereka. Karena tulisan tersebut merupakan
penghargaan yang nyata, serta dampak atas “perasaan aman” itu berlangsung lama.
Bila manajer (10)
menghargai karyawan karena pekerjaan mereka yang baik secara umum. Mereka
akan menyatakan bahwa karyawa yang berprestasi mengagumkan telah mendapat
perhatian positif dari semua orang. Mengingat kelompok adalah suatu kenyataan
yang ada di dalam perusahaan, maka upaya-upaya penghargaan juga harus termasuk
di dalamnya dan harus (11) meliputi pertemuan-pertemuan pembentukan
moril seperti “merayakan kesuksesan yang dicapai kelompok” dan tidak perlu
dibesaar-besarkan cukup dengan memberitahukan kelompok pada waktu yang tepat
bahwa mereka telah mengerjakan suatu pekerjaan dengan baik.
Tidak ada yang melemahkan
motivasi karyawan lebih cepat selain pekerjaan rutin dan pekerjaan yang tidak
menantang. Bila perusahaan ingin agar karyawan melakukan pekerjaan yang baik,
maka harus (12) memberi karyawan satu pekerjaan yang baik untuk
dikerjakan dan para manajer harus memperlihatkan kepada karyawan bagaimana
mereka dapat berkembang dan memberi kesempatan untuk mempelajari
kemampuan-kemampuan baru.
Langkah selanjutnya (13)
memastikan apakah karyawan mempunyai sarana kerja yang terbaik. Sebagai
contoh perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi kesenian cenderung
menjadi tempat yang menyenangkan. Mempunyai perlatan canggih membuat karyawan
bangga. Kebijakan perusahaan dan praktek manajemen mempunyai suatu kemampuan
yang luar biasa untuk mendorong stau merusak motivasi seseorang.
Perusahaan yang kurang
memiliki keinginan inspiratif dapat memperbaikinya dengan menggunakan kombinasi
yang mana saja dari ke-7 cara berikut:
(14) Kenalilah kebutuhan-kebutuhan pribadi karyawan karena karyawan akan lebih terdorong untuk bekerja bagi perusahaan yang memperhatikan keperluan pribadinya. (15) Gagasan menggunakan kinerja sebagai sadar untuk promosi masih dianggap revolusioner. Membahas tentang kinerja, suatu perusahaan harus (16) menetapkan suatu kebijakan promosi dari dalam secara komprehensif. Kebijakan-kebijakan tersebut harus mencakup keamanan pekerjaan dengan (17) menegaskan komitmen perusahaan terhadap perkaryaan jangka panjang. Beberapa pernyataan menunjukkan bahwa karyawan menuntut komitmen perusahaan yang tinggi atas keamanan kerja, namun perusahaan akan melakukan hal tertentu yang memperlancar pengkaryaan jangka panjang.
Perusahaan yang (18) membantu berkembangnya rasa “bermasyarakat” sehingga karyawan akan merasa betah di dalamnya, telah hilang. Politik kerja dan semangat juang yang menurun akan merampas motivasi bahkan dari orang yang berorientasi pada prestasi sekalipun.
(19) Gajilah karyawan secara bersaing berdasarkan apa yang mereka kerjakan. Jika karyawan merasa diberi kompensasi (gaji) yang tepat, mereka tidak akan akan begitu tertuju pada lembarslip gaji mereka dan perusahaan dapat memperoleh prestasi karyawan lebih baik lagi dari imbalan yang tidak berhubungan dengan keuangan (nonfiancial).
(14) Kenalilah kebutuhan-kebutuhan pribadi karyawan karena karyawan akan lebih terdorong untuk bekerja bagi perusahaan yang memperhatikan keperluan pribadinya. (15) Gagasan menggunakan kinerja sebagai sadar untuk promosi masih dianggap revolusioner. Membahas tentang kinerja, suatu perusahaan harus (16) menetapkan suatu kebijakan promosi dari dalam secara komprehensif. Kebijakan-kebijakan tersebut harus mencakup keamanan pekerjaan dengan (17) menegaskan komitmen perusahaan terhadap perkaryaan jangka panjang. Beberapa pernyataan menunjukkan bahwa karyawan menuntut komitmen perusahaan yang tinggi atas keamanan kerja, namun perusahaan akan melakukan hal tertentu yang memperlancar pengkaryaan jangka panjang.
Perusahaan yang (18) membantu berkembangnya rasa “bermasyarakat” sehingga karyawan akan merasa betah di dalamnya, telah hilang. Politik kerja dan semangat juang yang menurun akan merampas motivasi bahkan dari orang yang berorientasi pada prestasi sekalipun.
(19) Gajilah karyawan secara bersaing berdasarkan apa yang mereka kerjakan. Jika karyawan merasa diberi kompensasi (gaji) yang tepat, mereka tidak akan akan begitu tertuju pada lembarslip gaji mereka dan perusahaan dapat memperoleh prestasi karyawan lebih baik lagi dari imbalan yang tidak berhubungan dengan keuangan (nonfiancial).
Dengan struktur gaji yang
kompetitif, sebuah perusahaan dapat memotivasi orang untuk perolehan yang lebih
besar dengan (20) menawarkan “pembagian keuntungan” (profit sharing)
kepada karyawan.
Kegiatan yang berdampak kuat pada jajaran karyawan paling bawah harus benar-benardikenali, karena karyawan harus mengtahui apa tujuan dari pekerjaannya. Selanjutkan agar uang mampu memotivasi karyawan, jumlahnya harus berarti bagi mereka.
Kegiatan yang berdampak kuat pada jajaran karyawan paling bawah harus benar-benardikenali, karena karyawan harus mengtahui apa tujuan dari pekerjaannya. Selanjutkan agar uang mampu memotivasi karyawan, jumlahnya harus berarti bagi mereka.
Motivasi
adalah bagaimana menghargai orang dengan martabatnya – sesuatu yang akhir-akhir
ini sama sekali tidak ada lagi, dan sangat dibutuhkan bagi karywan yang
mengalami stres berat atau terganggu syarafnya karena kecelakaan kerja.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari berbagai pendapat dari para
ahli yang berbicaramengenai motivasi dan kenerja sangat mempengaruhi terhadap
kinerja pegawai maka penulis menyimpulkan sebagai berikut :
1. Motivasi adalah sesuatu yang timbul dari dalam diri
sebagai sebuah kekuatan seseorang secara sadar untuk melakukan aktifitas yang
dapat menhasilkan suatu perubahan secara nyata untuk membatu dirinya sendiri
dan juga orang lain dalam menangani suatu permasalahn yang dihadapinya sehingga
dapat memberikan kepuasa bagi dirinya dan juga kepada masyarakat baik itu
individu maupun kelompok, semakin tinggi motivasi seseorang akan banyak
menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, seorang pimpinan
seharusnya harus banyak memberikan motivasi kepada bawahannya sehingga mereka
merasa puas dalam bekerja dan hasilnya akan terlihat secara nyata
2. Pengetahuan dan Ketrampilan seseorang akan
terlihat nyata dalam tindakan dan prilaku orang tersebut dalam melakukan suatu
pekerjaan yang diberikan baginya, lagi pula mereka mampu mengambil keputusan
dan memecahkan masalah akan terlihat lebih baik, hal seperti ini juga akan
membentuk pribadi mereka melalui sikap yang memiliki tanggung jawab yang besar
dan mempertinggi rasa percaya diri dalam melakukan pekerjaan dan hasilnya akan
meningkatkan prestasi yang baik dalam suatu pekerjaan.
3. Kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan kerja,
kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri sangatlah
berperan dalam melakukan suatu pekerjaan dimanapun manusia melakukan suatu
aktivitas,kerena semuanya ini sangat berhungan erat dengan pribadi pekerja itu
sendiri. Dalam melaksanakan suatu aktifitas baik didalam maupun diluar ruangan
akan sangat terasa bila hal-hal yang disebutkan diatas tidak terpenuhi,bisa
saja mereka melakukan pekerjaan yang diberikan namun hasilnya tidak akan optimal
sesuai yang diharapkan, namun bila kebutuhan yang desebutkan diatas terpenuhi
dan berjalan dengan baik,maka apapun pekerjaan yang diberikan baginya akan
menghasilkan sesuatu yang mungkin saja diluar dugaan yang kita harapkan,dan
tujuan yang ingin dicapai akan berhasil dengan baik
4. Untuk meningkatkan prestasi kerja yang baik maka perlu
adanya tinjauan kembali Sumber Daya Manusia yang ada untuk kembali mengadakan
roling ditempat kerja atau diadakan tes kenerja kembali sehingga dapat
menghasilkan pegawai yang mampu bekerja dengan cepat memiliki pengetahuan dan
ketrampilan.etos kerja yang tinggi memiliki integritas yang tinggi sesuai
dengan tupoksi dibidangnya,karena suatu perubahan akan selalu diikuti dengan
pengorbanannya juga yang tinggi,sebab perkembangan jaman sangat menghendaki hal
demikian bila tidak maka dapat dipastikan kita akan tersingkir dan akan
jadi santapan perkembangan dunia saat ini
3.2
Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil Makalahdi atas,
untuk meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja dalam rangka peningkatan
kinerja karyawan disarankan untuk melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Untuk meningkatkan
pengetahuan pegawai perlu diberikan kesempatan kepada para pegawai yang
memenuhi syarat untuk mengikuti studi lanjut baik dalam maupun luar negeri,
karena organisasi Dinas Pendidikan yang begitu besar dan cakupan yang luas
diperlukan SDM yang berkualitas tinggi untuk dapat mengikuti perkembangan dunia
yang dimanis.
2.
Dalam
Penempatan pegawai pada bidang tertentu perlu dilihat latar
belakang pendidikanyang dimilikinya sehingga tidak akan menghambat
pekerjaan yang diberikan padanya tidak atas dasar the right man in the
right place.
3.
Dari aspek
keterampilan para pegawai dapat diikut-sertakan dalam kegiatan-kegiatan
pelatihan/kursus yang berkaitan dengan Bidang Terkait atau pegawai biasa
sehingga dapat memehami tugas dan funsinya dalam melaksanakan tugas yang
diberikan dapat berjalan sesuai tuntutan masyarakat,hal ini merupakan motivasi
dalam bekerja.
4.
Pegawai yang tidak
mampu bekerja dengan baik sebaiknya perlu di pindakan sebagai upaya penyegaran
dalam bekerja,mungkin suasana baru dapat memacu pegawai dalam melaksanakan
tugasnya kedepan.
5.
Dalam rangka
pemenuhan kebutuhan fisiologis seyogyanya mengupayakan peningkatan secara
kualitas dan kuantitas reward (remunerasi ) berdasarkan pencapaian kinerja
pegawai,sehingga semangat bekerja tetap terjaga dengan baik.
Cr. @simahmudahh
Komentar
Posting Komentar